#gambar1 { position:fixed; _position:absolute; top:0px; right:0px; clip:inherit; }

Wednesday, June 3, 2009

Selamat Jalan..

Kelabunya hari tak sekelabu hatiku
Mendungnya cakrawala tak segelap hatiku
berjuta kemesraan yg ada
bahkan tak terhingga
hilang seketika
tanpa terduga

sentuhan sayangmu kiraku menyakiti
merdunya suaramu kiraku menghindari
lincahnya gerakanmu kiraku benci
rupanya...
Kau menyayangiku
kau memanggilku
kau ingin bermain denganku

kini...
Tak ada lg kudengar suaramu
tak lg kurasakan sentuhan manjamu
tak lg ada lincahnya gurauanmu mencakarku...

Hanya bekas luka cakaran syangmu tersisa
bulu-bulu putih lembutmu yg menemaniku
serta merahnya
pusaramu

selamat jalan sayang...
Kuharap kau istirahat dg tenang
smg kita bertemu kembali di syurga,.Amin

4 juni 2009,
teruntuk kucing kesayanganku Chinggo di alam kedamaian

Saturday, May 9, 2009

Ada Yg Tak Ku Bisa

Jika..
Kau ingin aku pergi dr hatimu
Aku akan pergi, meski ku tak mau
Kau tak senang dg kata-kata ku
Aku akn diam membisu
kau ingin aku tersenyum
Dengan senang hati ku kan tersenyum meski ku menangis
Kau ingin menamparku,
Silahkan...Jika itu bs membuatmu lega
Kau tak suka caraku,
Tolong...Ajari aku dg caramu
Kau ingin aku begitu,
Aku pun akn begitu
Kau ingin aku begini,
Maka aku pun kan melakukannya
Tapi...
Harus kau tau..
Jika kau menginginkan aku melupakanmu,
Maafkan...Aku tak bisa
Jika kau ingin aku berhenti mencintaimu,
Tolong...Jangan paksa aku
karena inilah yg tak ku bisa


muntok, 9 Mei 2009

Friday, May 8, 2009

Tersenyum Dengan Air Mata Jiwa

Sesak…
Sakit…
Terhiris..
Pilu pastinya,
Mata pun tak sanggup lagi berkedip
Hingga air mata pun tak cukup
Untuk mewakilinya

Yang ku ingin pelangi kedamaian
Bukan bias kepalsuan
Yang ku puja hanya cinta
Bukan kenestapaan

Sesak, memang
Sakit, bukan main
Pilu, mestinya
Itulah rasanya

Mungkin kau takkan pernah tau
Laman yang ada semakin usang
Kanvas di jiwa semakin kabur
Bunga yang indah tampak layu
Meski begitu,
Ia tetap tegak sepenuh jiwa
Dan kan tersenyum selalu
Meski ditemani dengan air mata jiwa

Muntok, 26 April 2009

Wednesday, April 22, 2009

Dialog Mata, Hati dan Bintang

Aku tak sanggup lagi menumpahkan air mata
Tiap tetes ku alirkan nampak berirama
Entah berapa liter telah ku tumpahkan
Dan Entah sampai kapan
Aku tak tau

Aku juga tak tahan lagi memendam
Beribu bahkan berjuta hasrat, kegembiraan
Kekecewaan serta kesedihan pada diriku
Senantiasa sabar bersemayam dalam bilik ini
Entah sampai kapan
Aku juga tak tau

Bersabarlah….
Bintang yakin, air yang kau tumpahkan takkan sia-sia
Setiap tetes pasti akan ada nilainya
Setiap kedipanmu pasti ada harganya
Percayalah….saudaraku
Karena kita takkan pernah tau episode selanjutnya

Dan untukmu hati…
Kau tak perlu memendam
Kau juga tak perlu mengeluh
Karena bintang pun yakin, Pencipta kita telah mengetahuinya
Dia tau segala isi hatimu
Meski kau menyimpannya
Atau tak pernah ingin mengungkapkannya

Muntok, 22 April 09

Catatan Kecil Syifa

Ketika Pagi….
(Part One)

Pagi itu, suasana dingin pun menggelayuti seluruh ruang di rumah itu, tak sedingin di kutub utara memang, tetapi dinginnya cukup untuk bermain-main mesra dengan selimut. Ketika fajar mulai menyingsing, segera kubangkit dan kuambil tampah yang berisi bungkusan-bungkusan kecil. Matahari telah menyembul rupanya, pagi ini aku kesiangan lagi, dan tidak bisa sarapan lagi kalo kesekolah. Oh nasibku…..
Kususuri gang demi gang, ku hampiri tiap-tiap rumah, ku sapa manusia yang terlihat olehku, demi menjajaki bungkusan-bungkusan kecil yang ada ditampah sebelah kiri pinggangku.
Nak…..ikannya agik ade dak?
Agik ade mak cik, tinggal due bungkus agik.
o….sini pun makcik coba liat dulu
Aku pun segera menghampiri wanita baya itu, berharap dua bungkus ikan ini laku semua dibeli oleh wanita ini yang kerap kupanggil mak cik.
Sebungkus’e berape fa?
Ehm….due ribu lime ratus rupiah makcik
Misal makcik beli due bungkus, bise dak 4 ribu?
Cemane makcik ok? Kelak ifa dimarah kek emak” ungkapku polos
Aoklah, empat ribu lime ratus bi ok?
Aoklah makcik dak ape2.
Alhamdulillah….akhirnya bungkusan-bungkusan ikan yang ku bawa sekitar 15 bungkus habis juga.
Tak terasa aku telah menyusuri jalan yang cukup jauh dari rumahku, segera kususuri jalan pintas menuju rumahku, dan berharap hari ini aku tak lagi kalah dengan bunyi lonceng masuk. Saat itu, aku masih kecil memang, usiaku masih 7 tahun, tapi aku tak seperti anak-anak lainnya, kehidupanku cukup keras dibandingkan teman-teman lainnya. Walaupun rumahku dekat sekali dengan sekolah, tapi jarang sekali aku bisa mengalahkan bunyi lonceng masuk. Tak jarang aku tak sarapan ketika berangkat sekolah. Tiap pagi aku berpacu dengan waktu, menyusuri gang demi gang, berteman setia dengan bungkusan-bungkusan ikan yang amis sekali dan berkompetisi dengan bunyi lonceng masuk. Itulah aku, gadis kecil yang biasa dipanggil dengan ifa, saat itu duduk dibangku kelas 3 SD.
* * *
Suatu hari, ada suatu tragedi dikelasku, yang sampai saat ini masih membekas dihatiku dan selalu terbayang-bayang. Saat itu, ketika lonceng masuk berbunyi, biasanya ada baris berbaris didepan kelas sebelum masuk ke kelas, ada teman kelas laki-laki yang nakal sekali dikelas itu, namanya andre wijaya, biasa kita panggil andre, dia suka mengajak teman-teman cowok berkelahi dan suka mengganggu teman-teman cewek. Ketika berbaris itu dia mencoba mengganggu ku tapi walaupun badanku lebih kecil dari dia aku tidak takut dengan dia dan aku lawan dengan ancaman, mendengar ancamanku dia langsung menghantamkan kepalan tangannya tepat di wajahku. Sakitnya bukan main, baru kali ini aku merasakan di tonjok, kontan aku pun langsung menjatuhkan kepalan tangan kecilku juga ke wajahnya. Berharap dia juga merasakan apa yang kurasakan. Tapi perkiraanku salah, dia sama sekali kulihat tidak merasakan kesakitan. Malah, tanganku yang sakit. Tetapi dia memandang sinis kearahku dan berlalu pergi. Aku tak tau maksudnya apa, yang jelas saat itu, aku mencoba menunjukkan bahwa aku tidak takut dengan dia.
Tak cukup sampai disitu, ketika jam pelajaran olahraga, kita selalu diajak bermain bola kasti dilapangan bola. Saat permainan, aku selalu bermusuhan dengan andre, aku tau setiap aku yang membawakan bola, aku selalu diincar untuk dilemparnya bola. Beberapa kali bola yang dilemparkan keras oleh andre bisa ku elakkan dan sesekali meleset. Tapi satu kali pernah bola hinggap di pipi kiriku, kontan aku langsung menangis karena kesakitan, permainan pun akhirnya berakhir karena tangisku, bukan apa-apa aku menangis, kebetulan bola yang mengenai pipiku itu tepat mengenai gigi ku yang lagi sakit. Tapi yang melempar bola itu bukan si andre, melainkan teman yang menjaga dibelakang sipelempar bola, namanya Redi. Kulirik redi dari kejauhan, wajahnya tampak ketakutan, dan merasa bersalah. Aku tau Redi melakukannya tidak ada unsur kesengajaan, berbeda dengan si Andre tampak sekali tersirat senyum kebahagiaan di wajahnya melihatku menangis kesakitan.
* * *
Hore…hore…teriak sorak sorai siswa kelas tiga SD Negeri 8 Air Belo, sebagian siswa tampak bahagia melihat buku berwarna merah alias raport ditangan masing-masing. Tak terkecuali aku, di tahun yang ketiga ini tepatnya cawu ke dua, aku naik tingkat empat, tapi…..ada sedikit kecewa menggelayuti hatiku, peringkatku menurun, di cawu dua kemarin aku berhasil menduduki peringkat pertama, tapi di cawu ketiga ini, aku cuma berhasil menduduki peringkat kedua. Sedih rasanya tak bisa mempertahankannya, tapi apa boleh dikata, peringkat pertama tak berpihak kepadaku, peringkat kedua juga alhamdulillah.
Oh ya, setelah pembagian raport aku tidak melihat hidungnya andre, tumben dia tidak ada, biasanya dia selalu godain teman-teman cewek atau adek kelas cewek, mungkin dia sudah pulang ya.
Hari-hari pun berlalu dengan tenang
Namun jiwaku mulai goncang
Fikiranku terus melayang
Hanya padamu seorang
Ya….padamu seorang

Tapi…
Bersabarlah….
Berikan aku waktu yang panjang
Untuk minta maaf pada seseorang
Yang telah lama tak kuhiraukan

Mungkinkah impianku kan menjadi kenyataan
Atau hanya untuk permainan…
Ataukah pertaruhan antar teman-teman????

Darul Hikmah, Maret 04

Semoga Hari Ini Benar-benar Tak Lagi Menangis

Ehm…..beberapa menit lagi matahari kan menyembul indah.
Andainya…..saat ini ku berada dihamparan pasir putih
Dan derai ombak pasti kubisa menatapnya mesra,
Andainya….jasad ini berada di tengah-tengah puncak gunung pasti tatapanku sangat lebih berasa.

Oups…..tak boleh berandai-andai ‘ala kulli haal alhamdulillah , yupz….meski saat ini ku tak bisa menatap mesra seperti pagi-pagi yang lalu,
Tapi kurasakan hatiku bisa menatap mesra bahkan lebih mesra
Jika hari ini benar-benar tak lagi menangis.

Jangan menagis yah…..karena ku ingin melihat senyuman yang manis

Pagi yang cerah, dikamar mungil
26 november 2008